Pada masa modern banyak sekali jama’ah-jama’ah zikir yang berada diluar sistem ketarekatan yang sebelumnya sudah berlaku. Ada beberapa metode dan pembinaan akhlak tasawuf modern yang telah dikenal masyarakat luas. Di indonesia contohnya antara lain:
a. Metode Manajemen Qolbu
Manajemen qolbu atau manajemen menata hati bertujuan membentuk manusia berhati ikhlas, berpandangan positif, dan selalu menata hati berdasarkan keimanan kepada Allah Swt.[1]
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) adalah pelopor dari Manajemem Qolbu ini. Apa yang diajarkan Aa Gym sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh para ulama terdahulu, tetapi dia mampu mengemasnya apik dalam konteks kemoderenan.
Menurut Aa Gym, ilmu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya. Banyak orang yang rajin mendatangi majelis- majelis ta’lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap saja buruk. Menurutnya, kalau hati kita bersih, maka ia ibarat gelas bersih yang siap diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mamapu menerangi seisi gelas. Ilmu yang bermanfaat dan bisa menjadi ladang amal saleh bisa diperolehmelalui hati yang bersih. Hati yang bersih adalah yang terbebas dari ketamakan duniawi dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama. Semakin bersih hati seseorang, maka dia akan dikaruniai kepekaan oleh Allah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari mana pun. Selain itu,dia juga diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawanya kepada kemadharatan.[2]
Dengan Manajemen Qolbu yang benar, maka kita akan memperoleh hati yang selalu bercahaya. Untuk memperoleh hati yang bersih dan selalu bercahaya, kita harus selalu menata hati, memperindah hati, dan menghidupkan hati nurani dengan cara menjaga pandangan, menjaga lisan, memelihara perut dan memilih pergaulan. Kita harus mempunyai hati yang mampu menyelamatkan kita.
Aa Gym juga memberi garis bawah tentang perlunya pembinaan akhlak dan moral. Menurutnya, krisis multi dimensional yang mendera bangsa ini bersumber dari krisis moral dan akhlak. Metode Manajemen Qolbu yang diterapkan Aa Gym tidak hanya diterima oleh umat Islam , tetapi juga masyarakat yang beragama selain Islam. Inilah salah satu alasan memasukkan Manajemen Qolbu sebagai metode modern.[3]
b. Metode Zikir (Majlis Zikir)
Metode Zikir dikembangkan oleh K.H. Arifin Ilham, seorang kiai muda yang mempunyai suara serak yang khas, melalui majelis zikirnya di Jakarta. Apa yang dilakukan oleh Arifin Ilham sebenarnya juga telah dikembangkan oleh para ulama terdahulu, terutama oleh para ahli tasawuf dan para sufi. Arifin Ilham berhasil membangkitkan kembali etos zikir yang mulai ditinggalakan umat. Meski ada ulama yang kurang setuju dengan metode zikir berjamaah ini, tetapi Metode Zikir yang dikembangkan Arifin Ilham diminati oleh masyarakat luas, khususnya yang mengalami kekeringan hati dan kegundahan jiwa.[4]
Dzikr secara harfiah berarti mengingat, sedangkan secara istilah terdapat beberapa pendapat yang mendefinisikan dzikir sebagai upaya untuk menghadirkan Allah Swt, ke dalam kalbu disertai perenungan-perenungan (tadabbur). Muhammad Abdul Ra’uf al-Munawi mengatakan zikir sebagai perangkat (bai’ah) bagi jiwa yang memungkinkan seseorang untuk mengingat pengetahuan- pengetahuan yang diyakini.
Jadi, zikir merupakan upaya mengingat Allah Swt dengan ungkapan- ungkapan tertentu yang dilakukan secara berulang- ulang berdasarkan kemauan orang yang berzikir (dzakir). Zikir merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Dzakir dalam zikirnya senantiasa mengharap sesuatu yang datang (al- warid) dalam hatinya. Proses semacam ini lah yang harus dilalui oleh seorang sufi dalam mencapai maqomat (jenjang spiritual seperti tobat, wara’, zuhud, sabar dan seterusnya) serta mendapatkan ahwal (kondisi atau persaan yang datang secar tak sengaja dari Allah, seperti khawf, raja’, haibah dan seterusnya).[5]
Oleh karena itu, zikir merupakan sarana sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari sini munculah berbagai metode atau tharekat (thariqoh) uutuk mengapainya. Metode-metode tersebut disandarkan kepada pendirinya (muâssis). Misalnya Tharekat Naqsyabandiyah disandarkan kepada Khauja Bahâ al-Din Al- naqsyabandi, tarekat Qadariyah disandarkan kepada Muhammad Muhy Al- Din Abdul Qodir al-Jilani, tarekat Syadziliyyah disandarkan kepada Abu Hasan al- Syadzili, serta puluhan tarekat lainya. Namun, perlu dicatat bahwa semua tarekat tersebut memiliki silsilah yang sampai kepada Rasulullah saw. Rasulullah menerimanya dari malaikat Jibril dan Jibril dari Allah Swt.
c. Metode Nasyid
Manusia modern, khususnya kaum muda sangat gemar dengan dunia hiburan terutama musik. Untuk itu, diperlukan musik alternatif yang bermutu yang membina keimanan dan akhlak kaum muda. Nasyid adalah salah satu musik alternatif modern yang sehat. Biasanya para penikmat musik nasyid jauh lebih Islami dan berakhlak luhur.[6]
Dalam syair nasyid isinya antara, tentang taubat atas segala dosa, memohon hidayah, dan bantuan Allah, mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan- Nya sehingga bisa mencapai kebahagiaan kekal.[7]
d. Metode Mabit
Mabit (Malam Bina Iman dan Takwa). Kegiatan Mabit dimulai dengan melakukan shalat Magrib berjamaah, tadarus al-Qur’an sampai waktu Isya, lalu shalat Isya berjamaah. Setelah itu kemudian diadakan diskusi, bedah buku atau ceramah sampai pertengahan malam, kemudian istirahat atau tidur. Pada malam sepertiga terakhir, para jamaah dibangunkan untuk shalat malam (tahajud) diselingi dengan renungan. Pada saat renungan inilah ada pembinaan akhlak yang intens dan pentingnya bertaubat. Renungan ini terasa menyentuh hati dan menggugah ghirah keislaman kita.[8]
Di kota-kota besar metode ini biasanya di lakukan pada bulan ramadhan di 10 hari terakhir. Dimulai dengan shalat tarawih berjamaah kemudian diisi dengan kajian keislaman dan pada malamnya diisi dengan sholat tahajud secara berjamah. Atatu bisa juga metode mabit ini dilakukan pada acara-acara tertentu di sekolah, kampus atau menjelang acara Ujian Nasional di tiap sekolah.
e. Metode Harakah
Metode harakah di masukkan ke dalam pembinaan akhlak tasawuf adalah Jamaah Tabligh. Jamaah Tabligh disebarkan dan dikembangkan oleh Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi untuk merespon kondisi umat Islam yang ditimpa kebodohan, kefasikan, kerusakan dan sebagainya. Pada waktu itu, umat Islam di berbagai negeri berada dalam kondisi jahiliyah yang cukup parah. Mereka semakin menjauh dari syariat Islam. Padahal tidak ada keselamatan, kesempurnaan dan kebahagiaan tanpa ilmu tentang Islam dan syariat-syariatnya baik lahir maupun batin.[9]
Syeikh Abu Bakar menguraikan enam ciri khas Jamaah Tabligh, yaitu:
- Mewujudkan hakikat syahadat dengan beribadah kepada Allah Swt sesuai yang diajarkan Rasulullah.
- Shalat yang khusyu dan Yakni menegakkan shalat dengan menyempurnakan rukun dan wajibnya. Shalat yang khusyu mampu mencegah perbuatan keji dan munkar.
- Ilmu yang disertai dengan Yakni mempelajari ilmu yang diperlukan dan beramal dengannya. Itulah yang dimaksud dengan zikir. Beramal dengan ilmu adalah berzikir dan beramal tanpa ilmu adalah penyimpangan dan kelengahan.
- Memuliakan saudara sesama Memuliakan saudara Muslim adalah menghormati dan mengangkat harga dirinya.
- Mengoreksi niat, artinya seorang Muslim harus berniat secara baik dan lurus agar seluruh amal perbutannya mendapatkan ridha Allah Swt. Inilah keikhlasan yang disebutkan dalam al-Qur’an dan ditegaskan dalam Sunnah Rasulullah Saw.
- Dakwah ilallah, maksudnya berdakwah kepada sesama manusia agar beriman kepada Allah, juga beramal dijalan Allah dan Rasul-Nya sesuai ajaran di dalam Al- Quran dan Al- Sunnah. Hal ini dimaksudkan agar seorang hamba menjadi sempurna dan bahagia di dunia dan [10]
f. NAFQOFISH Manajemen
Manusia, setiap orang di antara kita sudah terlanjur hidup dalam pengalaman-pengalaman yang menyenengkan atau meyedihkan; merasakan beban rintangan dan cobaan di dunia ini. Terkadang kita mersakan kesenangan tetapi hanya sementara, yang kemudian membawa penderitaan tiada tara. Saat itulah manusia membutuhkan bimbingan untuk memperoleh pemahaman. Sehingga hidup bukan lagi keluhan tetapi semangat menjalani untuk memperoleh karya yang terbaik. Kerangka pemahaman ini adalah kerangka untuk memahami diri kita sendiri, memehami setiap masalah pun pertama harus memehami diri sendiri.[11]
Konsep Nafqofish ini berangkat dari pemahaman tentang perlunya mengenal diri sendiri sebelum mengenal Tuhannya. Dalam kitab Hikam karya Ibnu Hajar as-Sakandary dikatakan :
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Artinya: barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal tuhannya.
Diri yang dimaksudkan dalam konsep ini adalah instrumen manusia yang terdiri dari qolb (jantung), fikr(otak), dan shodr (paru-paru). Qolbu terbagi menjadi dua bagian yaitu qolbu kiri dan qolbu kanan karena alur pemahaman dalam konsep ini penjabarannya menjadi qolbu kiri, fikir, qolbu kanan dan shodr.[12]
Langkah kedua ialah mengerti bahwa instrumen manusia ini adalah alat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Ke dalam instrumen manusia ini mengalir jiwa (nafs), sehingga konsep dalam kerangka pemahaman ini diberi nama NAFQAFISH; NAFS = nafsun (jiwa), QO = qolbun (jantung), FI = fikir (otak) dan SH = shodrun (paru-paru).
Kemudian NAFQOFIS yang dimaksudkan adalah saat nafsun atau jiwa yang berhuni didalam qolbu kiri sebagai pemimpin yang dapat mengatur fikir, qolbu kanan dan sodr. Pengenalan diri yang dimaksud yaitu mengerti hal ihwal, kondisi lahir batin, dan cara kerja instrumen manusia. Kemudian dikerangkakan dengan kerangka pemahaman NAFQOFIS yang berdasarkan al Qur’an dan al – Hadist.[13]
[1] Solihin dan M. Rosyid Anwar, 259.
[2] Ibid., 259.
[3] ibid, 258.
[4] Ibid., 260.
[5] Qamaruddin SF, Zikir Sufi: Menghampiri Illahi Lewat Tasawuf, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), 166.
[6] Qamaruddin., 262.
[7] Ibid., 261
[8] M. Solihin dan Rosyid Anwar., 262.
[9] Ibid., 263
[10] M. Rosyid Anwar., 264.
[11] Mohammad Rahmatullah, Bersama Cahaya Revolusi Jiwa menggapai Ridho Ilaahi (Jakarta:Bee Marketer Intitute, 2009), 12.
[12] Ibid., 13.
[13] Ibid., 18.